Leptin

Leptin is a hormone made by fat tissue that is involved in appetite control. Leptin lets the brain know how much fat you are storing. When leptin levels go up, your appetite goes down. It let’s you…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




WAJAH ENERGI DAN MINERAL INDONESIA

Indonesia adalah negara yang jumlah penduduknya terpadat keempat di dunia. Permintaan pemenuhan energi oleh masyarakat Indonesia semakin banyak, hal ini dipengaruhi oleh ledakan populasi yang diperkirakan akan mencapai 265 juta jiwa pada tahun 2018 (Bappenas 2013). Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan energi berupa mineral, minyak bumi, dan sebagainya. Kekayaan energy tersebut dapat diekspor sehingga hasilnya dapat digunakan untuk menambah devisa negara, namun jika suatu negara belum dapat mengolah kekayaan energi sepenuhnya, negara tersebut akan menjadi negara yang konsumtif dan bergantung pada hasil ekspor negara lain.

Seperti yang kita ketahui, Fossil Fuels merupakan hidrokarbon yang terbentuk secara natural dari sisa-sisa mahluk hidup yang terkubur di dalam tanah selama rentang waktu yang sangat panjang, Fossil Fuels dapat dinikmati energinya dalam bentuk minyak bumi, batubara, dan gas alam. Komoditas tambang ini sangat melimpah di bumi Indonesia dan kebutuhan Indonesia akan mineral dan batubara jauh lebih kecil dibandingkan jumlah produksinya sehingga Indonesia cenderung mengimpor komoditas hasil tambang ini ke negara yang membutuhkan. Sebagian besar kebutuhan mineral dan batubara Indonesia berasal dari sektor industri, PLTU, dan sebagian kecil untuk rumah tangga.

Namun, terlepas dari kekayaan Fossil Fuels yang melimpah, Indonesia adalah salah satu negara pengimpor Bahan Bakar Minyak (BBM) di dunia. Sejak dari dulu Indonesia tidak berusaha maksimal untuk terlepas dari candu penggunaan Fossil Fuels. Fossil Fuels memang menyediakan energi yang cukup untuk menggerakan motor-motor perekonomian di Indonesia, tetapi terdapat dampak buruk yang lebih besar dimana bahan bakar penghasil energi itu menjadi penyumbang utama dalam pelubangan lapisan ozon bumi dan pembentukan gas rumah kaca.

Dibalik maraknya impor dan ekspor Nonrenewable Energy, Indonesia ternyata memiliki banyak potensi New and Renewable Energy yang belum sepenuhnya dimanfaatkan seperti biogas, biomassa, geothermal, dan energi surya yang dapat diolah menjadi energi berupa energi listrik dan energi lainnya, dimana energi tersebut merupakan sumber energi ramah lingkungan yang dapat menggantikan peran Nonrenewable Energy. Kekayaan alam yang berlimpah ini tidak akan dapat mengubah kondisi Indonesia apabila kekayaan tersebut tidak dapat diolah dengan baik. Hal yang menjadi kekurangan sumber daya manusia di Indonesia adalah kemampuan untuk memproses material mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Untuk itu, kita harus memaksimalkan potensi sumber daya alam Indonesia agar dapat mengubah nasib Bangsa Indonesia di masa depan.

Tingkat konsumsi energi rata-rata penduduk Indonesia bertumbuh 4.2% per tahun dalam 15 tahun terakhir, hal ini berarti jumlah energi yang harus disediakan pemerintah bertambah setiap tahunnya, perlu diketahui bahwa mayoritas penduduk Indonesia menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk mendukung kegiatan sehari-harinya sehingga Bahan Bakar Minyak (BBM) mengalami eskalasi tertinggi dibandingkan energi yang lain. Tingkat konsumsi energi di Indonesia meningkat dari tahun 2007 dengan jumlah 953.3 juta barrel oil equivalent (BOE) ke tahun 2017 dengan jumlah 1.23 miliyar barrel oil equivalent (BOE) ( Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia, 2018). Kenaikan jumlah konsumsi masyarakat ini tidak bisa dipandang remeh karena jumlah bahan bakar di dalam bumi terbatas sedangkan permintaan semakin naik dari tahun ke tahun. Apabila kenaikan permintaan ini tidak dapat diatasi oleh pihak yang bertanggung jawab, maka negara kita akan menjadi negara yang ketergantungan terhadap bahan bakar nonrenewable. Hal ini tentu akan menjadi suatu bencana bagi negara kita dalam berbagai sektor, mulai dari sendi-sendi perekonomian Indonesia yang naik turun hingga kebijakan-kebijakan negara yang dikendalikan oleh para negara importir. Negara Indonesia harus menjadi negara yang berdaulat dengan memiliki sumber-sumber energi sendiri yang terbarukan sehingga tidak ketergantungan pada suatu sumber energi negara lain. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah Indonesia merancang target pemenuhan energi jangka panjang. Pada tahun 2025 peran New Energy and Renewable Energy minimal memenuhi 23% dari total energi, peran minyak minimal memenuhi 25% dari total energi, peran batu bara minimal memenuhi 30% dari total energi, dan peran gas alam minimal memenuhi 22% dari total energi. Sedangkan target pada tahun 2050 peran New Energi and Renewable Energi minimal memenuhi 31% dari total energi, peran minyak minimal memenuhi 20% dari total energi, peran batubara minimal memenuhi 25% dari total energi, dan peran gas alam minimal memenuhi 24% dari total energi (Regulasi Pemerintah Indonesia №79 Tahun 2014 Kebijakan Energi Nasional)

Pada awal tahun 2015, pemerintah sudah geram dengan kondisi ekspor-impor yang terjadi di Indonesia, hal ini dikarenakan Indonesia hanya dapat mengimpor barang mentah dengan harga murah lalu membeli kembali barang jadi atau setengah jadi dengan harga mahal. Hal ini justru merugikan bagi Bangsa Indonesia sendiri. Pemerintah lalu mengeluarkan imbauan kepada pengusaha untuk tidak melakukan ekspor barang mentah. Pada tahun 2019, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekspor nonmigas sebesar 7.5% dari tahun lalu sebesar 163.3 Milliar Dollar menjadi 175.9 Milliar Dollar (Kementerian Perdagangan Indonesia, 2018). Imbauan tersebut berbuah manis sehingga pada periode Januari-November 2017 dan Januari-November 2018 pertumbuhan ekspor Indonesia mengalami kenaikan sebesar 7.69%, dengan rincian pada sektor migas tumbuh sebesar 9.9% yang terdiri dari Industri Pengolahan Hasil Minyak tumbuh sebesar 0.46% dan sektor nonmigas tumbuh sebesar 7.47% yang terdiri dari Industri Pengolahan tumbuh sebesar 4.5% (Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi BPS Januari 2019). Hal ini menunjukkan bahwa imbauan pemerintah terkait larangan ekspor barang mentah sukses ditandai dengan ekspor pada industri pengolahan di sektor migas maupun nonmigas mengalami pertumbuhan pada rentang waktu tersebut.

Pada tahun 2016, sebagian besar energi yang digunakan untuk memenuhi keperluan energi di Indonesia berasal dari minyak yaitu sekitar 41.7% dari energi total, sedangkan urutan kedua berasal dari batu bara yaitu memenuhi sekitar 35.8% dari energi total, Gas alam memenuhi sekitar 19.4% dari total energi, dan New and Renewable Energi memenuhi sekitar 3.1% dari total energi (BP Statistical Review of World Energy, 2017). Tentu angka-angka diatas masih jauh dari target yang telah ditentukan pemerintah di regulasi pemerintah tentang energi nasional nomor 79 tahun 2014.

Menurut data-data diatas, Indonesia masih jauh dibawah target yang dipasang pemerintah, saya berpikir bahwa pemerintah harus jauh lebih focus lagi menaikkan peranan Renewable Energy baik dengan cara meningkatkan kualitas SDM yang mengelola maupun dengan menaikkan kualitas dan kuantitas generator energinya. Apabila Indonesia tidak mau mengejar ketertinggalan ini terus-menerus, kita akan menjadi negara yang sangan ketergantungan terhadap Nonrenewable Energy, hal ini sangat membahayakan kedaulatan bangsa kita tentunya.

Add a comment

Related posts:

The Master Out of Time

Wallace is a career criminal, freshly released from a stint in the pen. To his wife’s dismay, Wallace embarks on yet another caper — an audacious safecracking job — immediately upon returning home…

Agent Unicorn EEG Headgear Detects P300 Neural Signatures in ADHD Children

According to the ADD Resource Center, there are 6.4 million kids in the US with ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), and those numbers continue to rise. While most of those who have ADHD…

Global Goals Lab is looking for social entrepreneurs

With its 17 goals for sustainable development , the United Nations want to ensure economic, social and ecological development worldwide. Many startups that are active in the areas of sustainability…